Minggu, 11 Januari 2015

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Bismillahirohmanirohiim
Nama : Hafiyya Shabrina (23213833)
                   Kelas : 2EB15
Pengertian:
            MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).  Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi. Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN(2020). Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
            Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat  pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas
Ekonomi ASEAN 2015
            Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, dimana dengan tujuan yang baik itu diharapkan mampu membawa perubahan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Apabila kita melihat lebih jauh dibalik tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian antar negara ASEAN artinya sisi lain yang dapat kita lihat bahwa sama saja seperti meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi dan modal. Liberalisasi arus barang artinya akan terjadi pengurangan dan penghilangan hambatan tarif. Liberalisasi modal akan dilakukan dengan meniadakan aturan administrasi yang menghambat  penanaman modal, artinya semua orang yang masuk kawasan ASEAN dapat menanamkan. modalnya dinegara ASEAN secara lebih mudah. Selain itu adanya liberalisasi tenaga kerja dimana kita bebas mencari lapangan pekerjaan tidak hanya di dalam negeri melainkan dikawasan ASEAN.
 Tujuan Ekonomi ASEAN 2015
            Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 yaitu untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN, dan untuk di Indonesia diharapkan tidak terjadi lagi krisis seperti tahun 1997.
 Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
            Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun banyak peluang yang dapat kita lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas Indonesia. Tentunya hal ini tidak ingin terjadi pada Indonesia apabila era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 nanti akan membuat semakin terpuruknya usaha-usaha dan produk lokal. Kita tidak ingin sektor usaha khususnya kelas mikro, kecil dan menengah harus mati karena tidak mampu bersaing dengan masuknya produk dari sembilan negara lainnya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan produk dalam negeri oleh  pemerintah, namun hal terpenting yang sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Ada beberapa cabang industri yang perlu ditingkatkan daya saingnya agar dapat mengamankan pasar dalam negeri yaitu cabang otomotif, elektronik, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, serta funitur. Mungkin beberapa cabang industri lain Indonesia masih lebih unggul dari negara tetangga akan tetapi pada sektor industri jasa Indonesia dianggap sama sekali tidak memiliki.
keunggulan. Tantangan lain dalam sektor industri adalah mengenai upah minimum, kepastian hukum, biaya transportasi barang terlampau mahal. Kekhawatiran lain juga terjadi akibat lemahnya daya saing sumber daya manusia  bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan fakta yang dirilis  Human Development Index
 Hambatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
            Hambatan yang dihadapi oleh pekerja Indonesia untuk bekerja di negara ASEAN adalah mengenai bahasa dan perbedaan peraturan kerja, maka perlu ditingkatkan kemampuan  bahasa dan pemahaman aturan di negara-negara ASEAN.
Langkah Strategis Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
            Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata. Indonesia harus mulai mempersiapkan diri jika tidak ingin menjadi sasaran masuknya  produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman  pelaksanaan  free trade agreement (FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi Indonesia. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini. Beberapa langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah ialah dari sektor usaha perlu meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, memberikan bantuan modal  bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, memperbaiki kualitas produk dalam negeri dan memberikan label SNI bagi produk dalam negeri agar memiliki nilai ekspor sehingga mampu bersaing, mendorong swasta untuk memanfaatkan pasar terbuka. Dalam sektor investasi, Indonesia dinilai akan menjadi negara yang lebih banyak diuntungkan karena diharapkan investasi asing mampu tumbuh pesat di Indonesia.
Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Sektor infrastruktur perlu adanya perbaikan infrastruktur fisik melalui  pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol,  pelabuhan, dan restrukturisasi industri. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga masyarakat memiliki kesadaran yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kesiapannya ketika era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 datang. Kita akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 untuk kepentingan bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
            Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkanMasyarakatEkonomiASEAN.
pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan         inisiatifregionallainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1.         Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
2.         Pengakuan kualifikasi profesional
3.         Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4.         Langkah-langkah pembiayaan perdagangan
5.         Meningkatkan infrastruktur
6.         Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN
7.         Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber    daerah
8.         Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1.         Pasar dan basis produksi tunggal,
2.         Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3.         Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4.         Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.
Dampak MEA Bagi Masyarakat
Terhitung sejak 2003-2013, Penguasaan lahan oleh korporasi (dengan luas 5.000-30.000 Ha) mengalami pertumbuhan sebesar 24,57%. Hal ini berakibat makin hilangnya akses petani gurem dan kecil terhadap lahannya (luas lahan 0-5000) sebanyak 5.177.195.  Ketika MEA diberlakukan, maka para petani akan semakin termarginalkan karena kalah bersaing dengan korporasi besar. Tak pelak, angka kemiskinan kaum tani bahkan jumlah pengangguran pun semakin meningkat (Rahmi Hertanti, Indonesia For Global Justice).
Belum lagi imbas persaingan produk lokal dan impor. Dengan modal yang jauh lebih besar, dan penguasaan teknologi canggih plus keberpihakan negara, maka negara besar dapat memproduksi barang jauh lebih banyak, yang konsekuensinya dapat menghasilkan harga jual lebih rendah. Sementara masyarakat pada umumnya memilih membeli produk yang lebih murah meski impor,  sehingga lambat-laun pengusaha lokal pun akan banyak yang gulung tikar karena kalah saing.
Yang lebih berbahaya lagi adalah jika korporasi asing dapat masuk menguasai sektor-sektor vital negara karena kekuatan modal  yang besar, maka barang-barang kepemilikan umum seperti minyak bumi, gas bumi, dan barang tambang lain, serta sumber mata air dan hutan akan menjadi milik mereka. Rakyat akan kehilangan haknya, sedangkan pemerintah tidak bisa mengintervensi. Peran negara sebagai pelayan rakyat semakin tereduksi, hanya berfungsi sebagai regulator saja.
Akhirnya, korporasi asing dapat menyetir penguasa. Dengan mempengaruhi perpolitikan suatu negara untuk menghasilkan kebijakan yang menguntungkan perusahaan serta negara asalnya, walaupun itu harus mengorbankan jutaan rakyat lokal.
Berita Terkini :
Hadapi MEA 2015, Tenaga Kerja RI Diharapkan Dapat Bersaing
on Dec 11, 2014 at 18:30 WIB
·         Share
·         Comment (0)
Hanif Dhakiri (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan akan sangat berhati-hati untuk membuat kebijakan terutama soal ketenagakerjaan.
Menteri Ketenagakerjaan, Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, tak ingin kebijakan yang keluar berbenturan dengan kebudayaan yang ada di suatu daerah. Ia mencontohkan seperti yang ada di Yogyakarta.
"Di Jogja itu ada, pengabdian bukan berdasarkan kontraktual. Misalnya sudah senang sama majikan. Aspek seperti itu hidup di masyarakatnya. Pengaturan kultural tempat ada problem regulasi dan kebudayaan masyarakat," kata dia di Jakarta, Kamis (11/12/2014).
Lalu dia mengatakan, saat mengeluarkan kebijakan tak ingin menutup kesempatan bagi pekerja yang lain. Dia mengungkapkan, Depnaker pernah mengajukan syarat untuk buruh migran mesti lulusan SMP dengan maksud agar lebih kompetitif. Namun hal itu juga dikhawatirkan menutup kesempatan yang lain untuk lulusan SD.
"Tentu secara pribadi ide baik, tapi. bagaimana prosesnya dengarkan suara masyarakat," ujar Hanif.
Di sisi lain, pihaknya akan mengupayakan supaya tenaga kerja Indonesia supaya dapat bersaing terutama menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Caranya, dia menuturkan perlunya peningkatan kompetensi baik untuk pekerja dan calon pekerja.
"Melalui berbagai training pelatihan pendidikannya jadi holistik, misalnya memasuki dunia kerja pendidikan digenjot," tutur Hanif.
Tidak hanya itu, dirinya juga akan menggenjot adanya sertifikasi profesi. "Peningkatan sertifikasi profesi, ini penting. Kompetensi satu hal, sertifikasi satu hal. Skill di Indonesia di tempat lain juga skill," tukas dia. (Amd/Ahm)

MEA 2015 Momentum Peningkatan Kualitas Produksi Mobil Nasional
on Dec 25, 2014 at 14:25 WIB
·         Share
·         Comment (1)
ATPM bisa meningkatkan kualitas kendaraan yang diproduksi di dalam negeri.
Liputan6.com, Jakarta - Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang berhadapan langsung dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015.

Menurut Davy J Tuilan, 4W Sales Marketing and DND Director PT SIS, momentum MEA bisa memberikan dampak positif bagi industri otomotif nasional. Pasalnya, ATPM bisa meningkatkan kualitas kendaraan yang diproduksi di dalam negeri.

"Kalau menurut saya, keuntungan MEA adalah semua ATPM bisa meningkatkan kualitas produk. Ke depan segala standar di dunia otomotif akan diukur berdasarkan ASEAN NCAP," katanya kepada wartawan.

Tak cuma itu, Davy juga melihat bahwa MEA 2015 juga menjadi momentum pabrikan menciptakan standar untuk menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.

Sementara itu, sepanjang 2014, PT SIS berhasil mencatat angka positif untuk jumlah unit kendaraan yang diekspor.

Sepanjang Januari – November 2014, PT. SIS mengekspor (CBU dan CKD) sebanyak 23.827 unit kendaraan. Manriknya, Karimun Wagon R memberikan kontribusi cukup besar bagi ekspor PT.SIS.

Karimun Wagon R berhasil diekspor sebanyak total 7.536 unit, dengan negara tujuan ekspor Karimun Wagon R ke Pakistan. Selain itu, PT. SIS juga mengekspor komponen knocked down (KD) sebanyak 5.745 unit.

"Tahun depan yang jelas lebih banyak jumlah ekspornya. Karena tahun ini aja kan sebenernya baru mulai ekspor Karimun Wagon R Juni, tahun depan baru full. Ekspor per bulan mencapai 400-500 unit," papar Davy
.
MEA 2015 Dorong Kualitas Produksi Dalam Negeri
Selasa,  6 Januari 2015  −  22:05 WIB
MEA 2015 dorong kualitas produksi dalam negeri. Foto: Istimewa
JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Raja Sapta Oktohari mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (MEA/AEC) 2015 diharapkan dapat mendorong kualitas produksi di dalam negeri.

Hal ini dimaksudkan, agar produk-produk di Tanah Air tidak kalah bersaing dengan negara anggota ASEAN lain.

"Kami melihat semestinya AEC ini bisa menjadi stimulan, sebagai pendorong, supaya pengusaha-pengusaha nasional ini bisa meningkatkan kualitas produksi mereka dan juga mau berkembang," ujar Okto di Jakarta, Selasa (6/1/2015).

Hal ini, lanjut dia, dikarenakan banyak pengusaha yang masih mengalami stagnansi pada usahanya sendiri.

"Saya ambil contoh pengusaha mebel Indonesia. Waktu itu kan pengusaha mebel kita cukup agresif ya. Tapi, tiba-tiba stagnan, produk-produk dari Tiongkok (China) banjir, harganya murah, akhirnya pengusaha-pengusaha kita jadi trader," bebernya.

Menurut Okto, kondisi tersebut mengakibatkan pengusaha mebel Indonesia berprinsip untuk membeli produk dari Tiongkok dan diperdagangkan, dibanding menjual produksi lama dan tidak laku.

"Itu nanti untungnya lebih sedikit, tapi tenaganya juga lebih capek. Kalau itu terjadi kan akan ada pembunuhan terhadap produksi lokal," terangnya.

Dia menambahkan, pemerintah seharusnya lebih peka dengan kondisi tersebut, sehingga pengusaha lokal tetap pada pendirian membuat sendiri produk mereka.

"Mestinya, pemerintah bisa melakukan dan menetapkan standarisasi, proteksi juga mengidentifikasi fokus-fokus terhadap produksi," tandasnya.


Analisis :
            Membahas tentang kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 . Banyak peluang yang dapat kita lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas Indonesia. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan namun hal terpenting yang sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Ada beberapa cabang industri yang perlu ditingkatkan daya saingnya agar dapat mengamankan pasar dalam negeri yaitu cabang otomotif, elektronik, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, serta funitur. Mungkin beberapa cabang industri lain Indonesia masih lebih unggul dari negara tetangga akan tetapi pada sektor industri jasa Indonesia dianggap sama sekali tidak memilik keunggulan. Tantangan lain dalam sektor industri adalah mengenai upah minimum, kepastian hukum, biaya transportasi barang terlampau mahal. Kekhawatiran lain juga terjadi akibat lemahnya daya saing sumber daya manusia  bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan fakta yang dirilis  Human Development Index nah darisini kita bisa lihat bahwa memang tenaga kerja Indonesia harus lebih mempersiapkan diri seperti perlunya peningkatan kompetensi baik untuk pekerja dan calon pekerja
            Melalui berbagai training pelatihan pendidikannya juga harus utamakan dan juga peningkatan sertifikasi profesi jadi skill yang dimiliki tidak diragukan lagi karena dengan pekerja yang baik kualitasnya akan menghasilkan produk yang bagus juga kualitasnya. Dari sini kita juga memperhatikan produk-produk Negara Asean yang masuk ke Negara kita jangan sampai kualitas barangf mereka lebih baik dan menjadikan kita lebih memilih membeli barang lain disbanding barang local atau barang produk sendiri.
            Seperti yang kita lihat diatas bahwa akan meningkatkan produk mobil nasional yang ramah lingkungan ini bisa dikaitkan dengan mendorong kualitas produksi dalam negeri hal ini sebagai acuan kita agar produk kita lebih baik kualitasnya dan dapat bersaing dengan produk Negara Asean lainnya maka diharapkan pengusaha-pengusaha bisa dapat meningkatkannya tapi tidak lepas dari factor-faktor lainnya seperti kualitas sumber daya manusia,teknologi yang dimiliki dan lainnya. Dan pemerintah bisa mendukung ,menetapkan standarisasi ,proteksi agar barang yang dihasilkan bagus kualitasnya.
            Semoga Indonesia bisa memproduksi barang-barang yang baik kualitasnya dan selalu berkembang agar masyarakat tidak lagi lebih mempercayai produk-produk dari luar dan lebih memilih produk dalam Negeri . “sayangi produk dalam negri” J



Alhamdulillah