Bismillahirohmanirohiim
Nama : Hafiyya Shabrina (23213833)
Kelas :
2EB15
Pengertian:
MEA
adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan
bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC). Pada KTT di
Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah
ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan
perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi. Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN
menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari
integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan
Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas
ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun
Komunitas ASEAN(2020). Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang
diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat
untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan
jadwal untuk pelaksanaan.
Pada
KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen
mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015
yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani
Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015
Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas
Ekonomi ASEAN 2015
Indonesia
akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, dimana dengan tujuan yang baik
itu diharapkan mampu membawa perubahan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia
agar lebih baik. Apabila kita melihat lebih jauh dibalik tujuan untuk
meningkatkan stabilitas perekonomian antar negara ASEAN artinya sisi lain yang
dapat kita lihat bahwa sama saja seperti meliberalisasikan arus barang, tenaga
kerja, investasi dan modal. Liberalisasi arus barang artinya akan terjadi
pengurangan dan penghilangan hambatan tarif. Liberalisasi modal akan dilakukan
dengan meniadakan aturan administrasi yang menghambat penanaman modal, artinya semua orang yang
masuk kawasan ASEAN dapat menanamkan. modalnya dinegara ASEAN secara lebih
mudah. Selain itu adanya liberalisasi tenaga kerja dimana kita bebas mencari
lapangan pekerjaan tidak hanya di dalam negeri melainkan dikawasan ASEAN.
Tujuan Ekonomi ASEAN 2015
Tujuan
dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 yaitu untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, dengan
dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi
masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN, dan untuk di Indonesia
diharapkan tidak terjadi lagi krisis seperti tahun 1997.
Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
Dalam
beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015. Namun banyak peluang yang dapat kita lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini.
Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya
sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan
bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu menguasi pasar domestik kita
yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas Indonesia. Tentunya hal ini
tidak ingin terjadi pada Indonesia apabila era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
nanti akan membuat semakin terpuruknya usaha-usaha dan produk lokal. Kita tidak
ingin sektor usaha khususnya kelas mikro, kecil dan menengah harus mati karena
tidak mampu bersaing dengan masuknya produk dari sembilan negara lainnya.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan produk dalam negeri
oleh pemerintah, namun hal terpenting
yang sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Ada beberapa
cabang industri yang perlu ditingkatkan daya saingnya agar dapat mengamankan
pasar dalam negeri yaitu cabang otomotif, elektronik, pakaian jadi, alas kaki,
makanan dan minuman, serta funitur. Mungkin beberapa cabang industri lain
Indonesia masih lebih unggul dari negara tetangga akan tetapi pada sektor
industri jasa Indonesia dianggap sama sekali tidak memiliki.
keunggulan. Tantangan lain dalam
sektor industri adalah mengenai upah minimum, kepastian hukum, biaya
transportasi barang terlampau mahal. Kekhawatiran lain juga terjadi akibat
lemahnya daya saing sumber daya manusia
bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia.
Berdasarkan fakta yang dirilis Human
Development Index
Hambatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Hambatan
yang dihadapi oleh pekerja Indonesia untuk bekerja di negara ASEAN adalah
mengenai bahasa dan perbedaan peraturan kerja, maka perlu ditingkatkan
kemampuan bahasa dan pemahaman aturan di
negara-negara ASEAN.
Langkah Strategis Dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Pelaksanaan
kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata. Indonesia
harus mulai mempersiapkan diri jika tidak ingin menjadi sasaran masuknya produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia
harus banyak belajar dari pengalaman
pelaksanaan free trade agreement
(FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi Indonesia. Tidak
ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia
mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 ini. Beberapa langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh
pemerintah ialah dari sektor usaha perlu meningkatkan perlindungan terhadap
konsumen, memberikan bantuan modal bagi
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, memperbaiki kualitas produk dalam
negeri dan memberikan label SNI bagi produk dalam negeri agar memiliki nilai
ekspor sehingga mampu bersaing, mendorong swasta untuk memanfaatkan pasar
terbuka. Dalam sektor investasi, Indonesia dinilai akan menjadi negara yang
lebih banyak diuntungkan karena diharapkan investasi asing mampu tumbuh pesat
di Indonesia.
Dalam sektor tenaga kerja Indonesia
perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta
pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Sektor
infrastruktur perlu adanya perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur
seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, dan restrukturisasi industri.
Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai adanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga masyarakat memiliki kesadaran yang
diharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kesiapannya ketika era
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 datang. Kita akan mampu menghadapi berbagai macam
tantangan dalam datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 apabila kita
mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, sehingga produk-produk dalam
negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan
kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 untuk kepentingan bersama dan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Karakteristik Dan Unsur
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang
dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam
mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar
ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap
sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis
aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai
pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif
dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada
inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas;
memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan
memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk
mewujudkanMasyarakatEkonomiASEAN.
pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara
Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration
dan inisiatifregionallainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan
sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
2. Pengakuan
kualifikasi profesional
3. Konsultasi
lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah
pembiayaan perdagangan
5. Meningkatkan
infrastruktur
6. Pengembangan
transaksi elektronik melalui e-ASEAN
7. Mengintegrasikan
industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah
8. Meningkatkan
keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan
untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan
basis produksi tunggal,
2. Kawasan
ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah
pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah
terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus
memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya
yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang
relevan.
Dampak MEA Bagi
Masyarakat
Terhitung sejak 2003-2013, Penguasaan lahan oleh korporasi
(dengan luas 5.000-30.000 Ha) mengalami pertumbuhan sebesar 24,57%. Hal ini
berakibat makin hilangnya akses petani gurem dan kecil terhadap lahannya (luas
lahan 0-5000) sebanyak 5.177.195. Ketika
MEA diberlakukan, maka para petani akan semakin termarginalkan karena kalah
bersaing dengan korporasi besar. Tak pelak, angka kemiskinan kaum tani bahkan
jumlah pengangguran pun semakin meningkat (Rahmi Hertanti, Indonesia For Global
Justice).
Belum lagi imbas persaingan produk lokal dan impor. Dengan
modal yang jauh lebih besar, dan penguasaan teknologi canggih plus keberpihakan
negara, maka negara besar dapat memproduksi barang jauh lebih banyak, yang
konsekuensinya dapat menghasilkan harga jual lebih rendah. Sementara masyarakat
pada umumnya memilih membeli produk yang lebih murah meski impor, sehingga lambat-laun pengusaha lokal pun akan
banyak yang gulung tikar karena kalah saing.
Yang lebih berbahaya lagi adalah jika korporasi asing dapat
masuk menguasai sektor-sektor vital negara karena kekuatan modal yang besar, maka barang-barang kepemilikan
umum seperti minyak bumi, gas bumi, dan barang tambang lain, serta sumber mata
air dan hutan akan menjadi milik mereka. Rakyat akan kehilangan haknya,
sedangkan pemerintah tidak bisa mengintervensi. Peran negara sebagai pelayan
rakyat semakin tereduksi, hanya berfungsi sebagai regulator saja.
Akhirnya, korporasi asing dapat menyetir penguasa. Dengan
mempengaruhi perpolitikan suatu negara untuk menghasilkan kebijakan yang
menguntungkan perusahaan serta negara asalnya, walaupun itu harus mengorbankan
jutaan rakyat lokal.
Berita Terkini :
Hadapi MEA 2015,
Tenaga Kerja RI Diharapkan Dapat Bersaing
on Dec 11, 2014
at 18:30 WIB
Hanif Dhakiri
(Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta
- Pemerintah melalui Kementerian
Ketenagakerjaan menyatakan akan sangat berhati-hati untuk
membuat kebijakan terutama soal ketenagakerjaan.
Menteri
Ketenagakerjaan, Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, tak ingin kebijakan yang
keluar berbenturan dengan kebudayaan yang ada di suatu daerah. Ia mencontohkan
seperti yang ada di Yogyakarta.
"Di Jogja itu
ada, pengabdian bukan berdasarkan kontraktual. Misalnya sudah senang sama
majikan. Aspek seperti itu hidup di masyarakatnya. Pengaturan kultural tempat
ada problem regulasi dan kebudayaan masyarakat," kata dia di Jakarta,
Kamis (11/12/2014).
Lalu dia mengatakan,
saat mengeluarkan kebijakan tak ingin menutup kesempatan bagi pekerja yang
lain. Dia mengungkapkan, Depnaker pernah mengajukan syarat untuk buruh migran
mesti lulusan SMP dengan maksud agar lebih kompetitif. Namun hal itu juga
dikhawatirkan menutup kesempatan yang lain untuk lulusan SD.
"Tentu secara
pribadi ide baik, tapi. bagaimana prosesnya dengarkan suara masyarakat,"
ujar Hanif.
Di sisi lain, pihaknya
akan mengupayakan supaya tenaga kerja Indonesia
supaya dapat bersaing terutama menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Caranya, dia menuturkan perlunya peningkatan kompetensi
baik untuk pekerja dan calon pekerja.
"Melalui berbagai
training pelatihan pendidikannya jadi holistik, misalnya memasuki dunia kerja
pendidikan digenjot," tutur Hanif.
Tidak hanya itu, dirinya juga akan menggenjot
adanya sertifikasi profesi. "Peningkatan sertifikasi profesi, ini penting.
Kompetensi satu hal, sertifikasi satu hal. Skill di Indonesia
di tempat lain juga skill," tukas dia. (Amd/Ahm)
MEA 2015 Momentum Peningkatan Kualitas Produksi Mobil
Nasional
on Dec 25, 2014
at 14:25 WIB
ATPM bisa meningkatkan
kualitas kendaraan
yang diproduksi di dalam negeri.
Liputan6.com, Jakarta
- Industri otomotif menjadi salah satu sektor
yang berhadapan langsung dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada akhir 2015.
Menurut Davy J Tuilan, 4W Sales Marketing and DND Director PT SIS, momentum MEA bisa memberikan dampak positif bagi industri otomotif nasional. Pasalnya, ATPM bisa meningkatkan kualitas kendaraan yang diproduksi di dalam negeri.
"Kalau menurut saya, keuntungan MEA adalah semua ATPM bisa meningkatkan kualitas produk. Ke depan segala standar di dunia otomotif akan diukur berdasarkan ASEAN NCAP," katanya kepada wartawan.
Tak cuma itu, Davy juga melihat bahwa MEA 2015 juga menjadi momentum pabrikan menciptakan standar untuk menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, sepanjang 2014, PT SIS berhasil mencatat angka positif untuk jumlah unit kendaraan yang diekspor.
Sepanjang Januari – November 2014, PT. SIS mengekspor (CBU dan CKD) sebanyak 23.827 unit kendaraan. Manriknya, Karimun Wagon R memberikan kontribusi cukup besar bagi ekspor PT.SIS.
Karimun Wagon R berhasil diekspor sebanyak total 7.536 unit, dengan negara tujuan ekspor Karimun Wagon R ke Pakistan. Selain itu, PT. SIS juga mengekspor komponen knocked down (KD) sebanyak 5.745 unit.
"Tahun depan yang jelas lebih banyak jumlah ekspornya. Karena tahun ini aja kan sebenernya baru mulai ekspor Karimun Wagon R Juni, tahun depan baru full. Ekspor per bulan mencapai 400-500 unit," papar Davy.
Menurut Davy J Tuilan, 4W Sales Marketing and DND Director PT SIS, momentum MEA bisa memberikan dampak positif bagi industri otomotif nasional. Pasalnya, ATPM bisa meningkatkan kualitas kendaraan yang diproduksi di dalam negeri.
"Kalau menurut saya, keuntungan MEA adalah semua ATPM bisa meningkatkan kualitas produk. Ke depan segala standar di dunia otomotif akan diukur berdasarkan ASEAN NCAP," katanya kepada wartawan.
Tak cuma itu, Davy juga melihat bahwa MEA 2015 juga menjadi momentum pabrikan menciptakan standar untuk menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, sepanjang 2014, PT SIS berhasil mencatat angka positif untuk jumlah unit kendaraan yang diekspor.
Sepanjang Januari – November 2014, PT. SIS mengekspor (CBU dan CKD) sebanyak 23.827 unit kendaraan. Manriknya, Karimun Wagon R memberikan kontribusi cukup besar bagi ekspor PT.SIS.
Karimun Wagon R berhasil diekspor sebanyak total 7.536 unit, dengan negara tujuan ekspor Karimun Wagon R ke Pakistan. Selain itu, PT. SIS juga mengekspor komponen knocked down (KD) sebanyak 5.745 unit.
"Tahun depan yang jelas lebih banyak jumlah ekspornya. Karena tahun ini aja kan sebenernya baru mulai ekspor Karimun Wagon R Juni, tahun depan baru full. Ekspor per bulan mencapai 400-500 unit," papar Davy.
MEA 2015 Dorong Kualitas Produksi Dalam
Negeri
Selasa, 6 Januari
2015 − 22:05 WIB
MEA 2015 dorong kualitas produksi dalam negeri. Foto:
Istimewa
JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Raja Sapta
Oktohari mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community
(MEA/AEC) 2015 diharapkan dapat mendorong kualitas produksi di dalam negeri.
Hal ini dimaksudkan, agar produk-produk di Tanah Air tidak kalah bersaing dengan negara anggota ASEAN lain.
"Kami melihat semestinya AEC ini bisa menjadi stimulan, sebagai pendorong, supaya pengusaha-pengusaha nasional ini bisa meningkatkan kualitas produksi mereka dan juga mau berkembang," ujar Okto di Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Hal ini, lanjut dia, dikarenakan banyak pengusaha yang masih mengalami stagnansi pada usahanya sendiri.
"Saya ambil contoh pengusaha mebel Indonesia. Waktu itu kan pengusaha mebel kita cukup agresif ya. Tapi, tiba-tiba stagnan, produk-produk dari Tiongkok (China) banjir, harganya murah, akhirnya pengusaha-pengusaha kita jadi trader," bebernya.
Menurut Okto, kondisi tersebut mengakibatkan pengusaha mebel Indonesia berprinsip untuk membeli produk dari Tiongkok dan diperdagangkan, dibanding menjual produksi lama dan tidak laku.
"Itu nanti untungnya lebih sedikit, tapi tenaganya juga lebih capek. Kalau itu terjadi kan akan ada pembunuhan terhadap produksi lokal," terangnya.
Dia menambahkan, pemerintah seharusnya lebih peka dengan kondisi tersebut, sehingga pengusaha lokal tetap pada pendirian membuat sendiri produk mereka.
"Mestinya, pemerintah bisa melakukan dan menetapkan standarisasi, proteksi juga mengidentifikasi fokus-fokus terhadap produksi," tandasnya.
Hal ini dimaksudkan, agar produk-produk di Tanah Air tidak kalah bersaing dengan negara anggota ASEAN lain.
"Kami melihat semestinya AEC ini bisa menjadi stimulan, sebagai pendorong, supaya pengusaha-pengusaha nasional ini bisa meningkatkan kualitas produksi mereka dan juga mau berkembang," ujar Okto di Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Hal ini, lanjut dia, dikarenakan banyak pengusaha yang masih mengalami stagnansi pada usahanya sendiri.
"Saya ambil contoh pengusaha mebel Indonesia. Waktu itu kan pengusaha mebel kita cukup agresif ya. Tapi, tiba-tiba stagnan, produk-produk dari Tiongkok (China) banjir, harganya murah, akhirnya pengusaha-pengusaha kita jadi trader," bebernya.
Menurut Okto, kondisi tersebut mengakibatkan pengusaha mebel Indonesia berprinsip untuk membeli produk dari Tiongkok dan diperdagangkan, dibanding menjual produksi lama dan tidak laku.
"Itu nanti untungnya lebih sedikit, tapi tenaganya juga lebih capek. Kalau itu terjadi kan akan ada pembunuhan terhadap produksi lokal," terangnya.
Dia menambahkan, pemerintah seharusnya lebih peka dengan kondisi tersebut, sehingga pengusaha lokal tetap pada pendirian membuat sendiri produk mereka.
"Mestinya, pemerintah bisa melakukan dan menetapkan standarisasi, proteksi juga mengidentifikasi fokus-fokus terhadap produksi," tandasnya.
Analisis :
Membahas tentang kesiapan tenaga kerja
Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 . Banyak peluang yang dapat kita lihat dari
Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan
Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran
mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita
mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu
menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas
Indonesia. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan namun hal terpenting yang
sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Ada beberapa
cabang industri yang perlu ditingkatkan daya saingnya agar dapat mengamankan
pasar dalam negeri yaitu cabang otomotif, elektronik, pakaian jadi, alas kaki,
makanan dan minuman, serta funitur. Mungkin beberapa cabang industri lain
Indonesia masih lebih unggul dari negara tetangga akan tetapi pada sektor
industri jasa Indonesia dianggap sama sekali tidak memilik keunggulan.
Tantangan lain dalam sektor industri adalah mengenai upah minimum, kepastian
hukum, biaya transportasi barang terlampau mahal. Kekhawatiran lain juga
terjadi akibat lemahnya daya saing sumber daya manusia bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya
kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan fakta yang dirilis Human Development Index nah darisini kita
bisa lihat bahwa memang tenaga kerja Indonesia harus lebih mempersiapkan diri
seperti perlunya peningkatan kompetensi baik untuk pekerja dan calon pekerja
Melalui berbagai training pelatihan
pendidikannya juga harus utamakan dan juga peningkatan sertifikasi profesi jadi
skill yang dimiliki tidak diragukan lagi karena dengan pekerja yang baik
kualitasnya akan menghasilkan produk yang bagus juga kualitasnya. Dari sini
kita juga memperhatikan produk-produk Negara Asean yang masuk ke Negara kita
jangan sampai kualitas barangf mereka lebih baik dan menjadikan kita lebih
memilih membeli barang lain disbanding barang local atau barang produk sendiri.
Seperti yang kita lihat diatas bahwa
akan meningkatkan produk mobil nasional yang ramah lingkungan ini bisa
dikaitkan dengan mendorong kualitas produksi dalam negeri hal ini sebagai acuan
kita agar produk kita lebih baik kualitasnya dan dapat bersaing dengan produk Negara
Asean lainnya maka diharapkan pengusaha-pengusaha bisa dapat meningkatkannya
tapi tidak lepas dari factor-faktor lainnya seperti kualitas sumber daya
manusia,teknologi yang dimiliki dan lainnya. Dan pemerintah bisa mendukung
,menetapkan standarisasi ,proteksi agar barang yang dihasilkan bagus
kualitasnya.
Semoga
Indonesia bisa memproduksi barang-barang yang baik kualitasnya dan selalu
berkembang agar masyarakat tidak lagi lebih mempercayai produk-produk dari luar
dan lebih memilih produk dalam Negeri . “sayangi produk dalam negri”
J
Alhamdulillah